KELURAHAN
MANDOMAI
Pada
zaman dahulu kala, sekitar abad ke 15 Mandomai dan pada umumnya Kalimantan
Tengah masih tergolong tempat yang masih murni yaitu hutan belantara dan belum
tersentuh oleh para pendatang. Penduduk aslinya ialah Suku Dayak Ngaju yaitu
suku Dayak yang mendiami sepanjang bantaran sungai Kapuas dan kepercayaan yang
di anut pun masih kepercayaan nenek moyang yaitu Kaharingan yang artinya
"Kehidupan". Suku Dayak Ngaju pada zaman dahulu merupakan salah satu
suku terkuat yang melakukan budaya "Kayau" atau budaya berburu
kepala, disamping Dayak Iban, Dayak Ot dan Dayak Kenyah.
Foto Dayak Ngaju tahun 1800an
Rumah
tempat tinggal suku Dayak Ngaju pada zaman dahulu ialah Rumah Betang atau dalam
bahasa Dayak Ngaju Kapuas di sebut "Huma hai". Rekonstruksi rumah ini
seperti rumah panggung pada umumnya, mempunyai tiang rumah yang tinggi
kira-kira 10 meter dan lebar rumah sekitar 50 meter. Maksud orang Dayak
pada zaman dahulu mendirikan rumah tinggi ialah untuk menghindari dari bahaya
seperti binatang buas, banjir dan budaya kayau. Rumah Betang biasanya di huni
20 bahkan sampai 100 kepala keluarga, tergantung dari ukuran rumah Betang
tersebut.
Pada zaman dahulu sebelum kedatangan para pendatang, Mandomai dahulu bernama
Desa Tacang Tangguhan, sebuah desa kecil yang pada kala itu hanya terdapat
beberapa rumah Betang. Masyarakatnya pun kala itu masih tergolong primitif,
menggunakan baju dari anyaman rotan, kulit kayu maupun kulit hewan. Kegiatan masyarakatnya
masih tergolong sederhana seperti berburu, nelayan sungai dan bertani. Budaya
kayau (berburu kepala) pada saat itu pun masih dipegang teguh. Selain itu
budaya Dayak yang masih dipegang teguh oleh masyarakat kala itu masih murni
seperti kepercayaan Kaharingan, tiwah (upacara kematian suku Dayak Ngaju),
tatto, tari - tarian dan banyak lagi lainnya. Ciri - ciri fisik orang Dayak
Ngaju zaman dulu ialah berkulit putih, bermata sipit, tubuh tegap, menggunakan
celana "ewah" yaitu balutan kain dengan khas di julurkan selembar
kain di depannya, menggunakan kalung dari taring binatang buas, menggunakan
hiasan kepala baik ikat kepala maupaun dari anyaman rotan yang dihiasi dengan
bulu burung dan senjata tradisionalnya berupa Mandau, Tombak, Sumpit dan perisai
(telabang).
Warga Mandomai tahun 1980
Seiring dengan perkembangan zaman dan mulai memudarnya budaya kayau sekitar abad ke 18, para pendatang mulai berani menginjakkan kakinya di bumi Kalimantan Tengah. Umumnya para pendatang dari Tanah Banjar ( Banjarmasin ), dari tanah Jawa dan orang2 Belanda yang umumnya sebagai penjajah. Menilik sejarah kampung Mandomai, Mandomai sejak zaman kolonial Belanda sudah terkenal akan keramaiannya dan pada saat itu Mandomai di jadikan sebagai pusat penyebaran agama Kristen diseluruh Kalimantan Tengah. Mandomai juga merupakan tempat awal mula penyebaran agama Islam kepada orang Dayak terutama didaerah aliran sungai Kapuas. Jadi artinya mandomai sejak dulu sebagai pusat penyebaran 2 agama di Kalimantan Tengah.
Seiring dengan perkembangan zaman dan mulai memudarnya budaya kayau sekitar abad ke 18, para pendatang mulai berani menginjakkan kakinya di bumi Kalimantan Tengah. Umumnya para pendatang dari Tanah Banjar ( Banjarmasin ), dari tanah Jawa dan orang2 Belanda yang umumnya sebagai penjajah. Menilik sejarah kampung Mandomai, Mandomai sejak zaman kolonial Belanda sudah terkenal akan keramaiannya dan pada saat itu Mandomai di jadikan sebagai pusat penyebaran agama Kristen diseluruh Kalimantan Tengah. Mandomai juga merupakan tempat awal mula penyebaran agama Islam kepada orang Dayak terutama didaerah aliran sungai Kapuas. Jadi artinya mandomai sejak dulu sebagai pusat penyebaran 2 agama di Kalimantan Tengah.
Dengan kedatangan para pendatang secara tidak langsung
membawa perubahan pola hidup masyarakat suku Dayak Ngaju mulai dari kepercayaan
sampai sosial budaya. Efek nyata dari budaya yang diterima adalah Agama Islam mulai
masuk dan berkembang di Mandomai pada Abad ke-18 dengan berdirinya Mesjid
Jami Al-Ikhlas yang merupakan mesjid tertua di bantaran sungai Kapuas, kemudian
didaerah hilir Mandomai terdapat Gereja Immanuel yang dulu dijadikan zending
sebagai pusat penyebaran agama Kristen kepada orang Dayak dan termasuk gereja
tertua di Kalimantan Tengah.
Masjid Jami Al - Ikhlas
Seiring
dengan membaurnya dengan para pendatang, suku Dayak pun sudah kehilangan budaya
Betangnya dimana para generasi Dayak sudah mempunya rumah sendiri - sendiri
setiap kepala keluarga. Mandomai banyak melahirkan orang2 yang sangat
berpengaruh di Provinsi Kalimantan tengah, bahkan pejabat-pejabat provinsi
Kalimantan Tengah dikota Palangkaraya banyak keturunan dari Mandomai.
Tokoh legenda yang paling terkenal di Mandomai ialah "Raden Inyui Amoi Gilang" dimana ia dipercaya sebagai pendiri kampung Mandomai. Ia adalah seorang lelaki Dayak yang gagah perkasa, yang mempunyai kesaktian yang tinggi, sifat dan karakternya menggambarkan khasnya orang Dayak, Sang penakluk rimba. Tempat makam Raden Inyui terletak di Mandomai Hulu berupa Sandung (makam kepercayaan Kaharingan) dan kini namanya di jadikan nama sebuah jalan di Mandomai yang di kenal dengan Jl. RIA Gilang.
Kemudian
di Mandomai hulu masih terdapat sisa Rumah Betang yang masih berpenghuni yang
sekarang dijadikan salah satu cagar Budaya Dayak Kab.Kapuas yang masih tersisa,
Sandung Tahutun Pantar yg mana disandung tersebut bertuliskan tahun 1735 yang
menandakan kampung Mandomai termasuk kampung tua. Dari Mandomai kearah hulu
lagi, dahulu ada anak sungai Kapuas yang dianggap keramat oleh warga setempat
yaitu sungai Garantung, tetapi dengan seiring perkembangan zaman sungai
tersebut sudah dianggap hal biasa bagi masyarakat setempat dan tidak begitu
dianggap keramat lagi.
Mandomai
bukanlah nama asli kampungnya, banyak versi mengenai nama Mandomai, ada yang
mengatakan diberikan oleh orang - orang Banjar sebagai warga pendatang dimana
Mandomai di ambil dari kata bahasa Dayak Ngaju " Mandui Mai " yang
artinya " Ibu mandi " akibat orang - orang Banjar sering mendengar
percakapan tersebut dari lisan orang Dayak, atas dasar itulah mereka memberi
nama kampung Mandomai. Ada versi lain juga yang menyebutkan Mandomai diambil
dari kata "Man = aman" dan "Domai = Damai" apabila digabung
Mandomai berarti Desa yang Damai. Tapi banyak yang tidak mengetahui bahwa nama
asli Mandomai ialah Tacang Tangguhan.
Kini Mandomai manjadi ibukota kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, berbatasan langsung dengan Kabupaten Pulang Pisau. Mandomai membawahi beberapa Desa yaitu Desa Saka Mangkahai, Anjir Kalampan, Tumbang Umap, Pantai, Penda Katapi, Saka Tamiang, Sei Kayu, Basuta Raya, Teluk Kiri dan masih banyak lagi yang lain. Sekarang, Mandomai sudah dijadikan sebagai pusat pendidikan, pusat perekonomian, serta pusat pemerintahan bagi warga sekitar Kecamatan Kapuas Barat dan sepanjang arah bantaran sungai Kapuas. Tapi meski hanya sebuah kecamatan, jauhkan pikiran bahwa Mandomai adalah daerah terpencil, karena di sana berbagai fasilitas seperti Sekolah, Layanan Kesehatan, jaringan internet, jaringan handphone, listrik dan lain sebagainya sudah tersedia sejak lama, dan akses jalannya pun sangat mudah, jadi tak ada kata tertinggal. Mayoritas penduduk kecamatan Kapuas barat (Mandomai) beragama Islam 70%, dan diikuti agaman Kristen Protestan, Katolik, dan kaharingan (Kepercayaan nenek moyang suku Dayak). Suku mayoritas di Mandomai adalah Dayak Ngaju ( Kapuas-Kahayan), Banjar ( Melayu Kalimantan ), Dayak Bakumpai, Dayak Ma'anyan, serta Dayak lainnya, diikuti oleh suku Jawa dan lain-lain.
Foto Mandomai pada tahun 2013
berapa lawas riset gasan posting nih za ? haaha
ReplyDelete1 hari cukup ja, ahahaa ...
DeleteDek, kalau membuat sebuah artikel dan copy paste dari artikel orang lain, mohon izin terlebih dahulu. Budayakan sopan santun dalam dan menghargai hak cipta orang lain. Tabe
ReplyDeleteDek, kalau membuat sebuah artikel dan copy paste dari artikel orang lain, mohon izin terlebih dahulu. Budayakan sopan santun dalam dan menghargai hak cipta orang lain. Tabe
ReplyDeleteApakah data ini hasil penelitian anda sendiri?
ReplyDeleteBiasakan menyertakan sumber, etika penulis pelajari dulu, seperti sumber foto, kutipan dll
ReplyDelete